Sejarawan: Sultan Ottoman ubah wajah benua Amerika
Sejarawan mengatakan bangsa Amerika berhutang kepada Kesultanan Ottoman khususnya kepada Sultan Salim I.
Dalam artikelnya The Ottoman sultan who changed America di Washington Post pada 20 Agustus lalu, Alan Mikhail mengatakan September ini menandai peringatan 500 tahun kematian Sultan Selim I yang merupakan sultan kesembilan Kekaisaran Ottoman.
Menurut profesor sejarah di Yale University, AS ini, pemerintahan Sultan Salim, yang membentang selama setengah abad, memberi pengaruh sangat besar pada sejarah dunia hingga masa kini.
Di bawah kekuasaannya, kata Mikhail, Sultan Salim I, yang berkuasa pada 1512-1520, berhasil memperluas wilayah Ottoman hingga ke Timur Tengah, Afrika Utara dan Kaukasus.
Menurut Mikhail, Kekaisaran Ottoman melebihi penjelajah Italia Christopher Columbus, Pastor Katolik Jerman Martin Luther, diplomat Italia dan filsuf politik Niccolò Machiavelli atau orang-orang sezamannya, kemenangan Salim benar-benar mengubah dunia.
“Kebanyakan orang Amerika tidak tahu bahwa secangkir kopi yang mereka minum terhubung dengan Kekaisaran Ottoman,” ungkap dia.
Bahkan, kata Mikhail, Protestantisme yang kini menjadi bentuk kelompok Kristen dominan di Amerika, tidak lepas dari dampak kekuatan Kesultanan Ottoman di Eropa.
“Penjelajah Eropa yang ‘menemukan’ Amerika melakukannya karena kekuatan dominasi Ottoman dan Muslim lainnya dalam perdagangan antara Eropa dan Asia,” tulis Mikhail.
Mikhail mengatakan kekuatan Sultan Salim mencapai bahkan melampaui Eropa dan Timur Tengah, melintasi Atlantik hingga Amerika Utara.
Pada 1517, kata Mikhail, pasukan Salim menaklukkan Dinasti Mamluk di Kairo, yang membuat orang Eropa pertama l mendarat di Meksiko. Mereka mendarat di Semenanjung Yucatán, yang terletak di tenggara Meksiko.
Saat itu, kata Mikhail, Sultan Salim memerintah lebih banyak wilayah daripada hampir semua penguasa lainnya.
“Dia memegang kunci dominasi global,” tulis Mikhail.
Mikhail menyebut Sultan Salim I menguasai rute perdagangan antara Mediterania dan India dan Cina, dan memiliki pelabuhan di semua laut dan samudera utama.
“Otoritas agamanya di dunia Muslim kini tak tertandingi. Dan dia memiliki sumber daya uang, tanah dan tenaga kerja yang sangat besar,” kata Mikhail.
Menurut Mikhail, kekalahan Mamluk benar-benar menggeser keseimbangan kekuatan global antara dua kekuatan geopolitik utama zaman yakni Islam dan Kristen.
“Dalam periode ini, agama bukan hanya masalah keyakinan pribadi tetapi juga soal organisasi politik di seluruh dunia,” ucap Mikhail.
Mikhail mengatakan dominasi teritorial Sultan Salim I menimbulkan tantangan spiritual bagi Kristen Eropa, yang saat itu hanya merupakan kerajaan kecil.
“Secara individu – atau bahkan bersama – mereka bukan tandingan bagi kerajaan Muslim yang besar,” kata Mikhail.
Menurut Marlin Luther, kelemahan agama Kristen terhadap Islam berasal dari kerusakan moral Gereja Katolik.
“Korupsi paus merusak jiwa Kristen dari dalam, membuat seluruh tatanan Kristen rapuh dan karena itu rentan terhadap musuh eksternal,” ujar Mikhail.
Mikhail mengatakan salah satu pendorong ekonomi kekaisaran dari zaman Selim hingga awal abad ke-18 adalah kontrol perdagangan kopi global.
“Faktanya, militer Selim-lah yang pertama kali menemukan tanaman dengan buah beri merah cerah itu selama ekspansinya ke Yaman,” kata Mikhail.