DUNIA

Presiden Erdogan: Turkiye ambil ‘langkah signifikan’ dalam energi terbarukan

Turkiye mengambil “langkah signifikan” dalam menuju energi terbarukan, dan telah menerima tanggung jawab soal masalah gas rumah kaca, yang menyangkut masa depan dunia dan umat manusia, kata Presiden Recep Tayyip Erdogan pada Minggu.

“Emisi gas rumah kaca di Turkiye cukup rendah. Meski demikian, kami bertanggung jawab atas masalah penting yang menyangkut masa depan dunia ini. Kami termasuk di antara negara-negara yang telah memberikan kontribusi paling signifikan terhadap Perjanjian Iklim Paris dengan tujuan pembangunan hijau dan nol emisi bersih pada 2053,” ujar Erdogan.

“Kami mengambil langkah-langkah penting dalam investasi energi terbarukan, nuklir, dan hidrogen,” imbuh dia pada konferensi pers setelah KTT G20 di India.

Para pemimpin G20 berkumpul di ibu kota New Delhi, tanpa kehadiran Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping, untuk menghadiri KTT selama dua hari dengan tema “Satu Bumi, Satu Keluarga, Satu Masa Depan.”

Turkiye berada di peringkat kelima di Eropa dan ke-12 di dunia dalam hal sumber energi terbarukan, sebut Erdogan.

“Langkah-langkah kami dalam efisiensi energi dan energi terbarukan telah mencegah 90 juta ton emisi karbon dioksida setiap tahunnya. Sejalan dengan target nol emisi bersih kami pada 2053, kami menggandakan target pengurangan emisi kami pada 2030. Kami adalah salah satu negara terdepan di dunia dalam perjuangan ini melawan penggurunan dan erosi,” urai dia.

‘Gerakan global’

Mengenai proyek nol limbah Turkiye, Erdogan mengatakan proyek tersebut telah berubah menjadi gerakan global.

“Berkat usulan kami, perhatian tertuju pada pentingnya inisiatif zero waste dalam deklarasi G20. Pada sesi pertama KTT, kami menekankan pentingnya pembagian beban yang adil antara negara maju dan berkembang,” ucap dia.

“Kami juga menyoroti pentingnya meningkatkan pembiayaan dan transfer teknologi ke negara-negara berkembang,” imbuh presiden Turkiye.

Pada 2017, dipimpin ibu negara Emine Erdogan, Turkiye meluncurkan proyek nol limbah untuk menyoroti pentingnya menghilangkan limbah dalam memerangi krisis iklim.

Proyek ini mendapat pujian internasional, dan Sekjen PBB Antonio Guterres mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada ibu negara dalam konferensi di New York September tahun lalu.

Desember lalu, Majelis Umum PBB dengan suara bulat mengadopsi resolusi inisiatif nol sampah yang diprakarsai oleh Turkiye, dan menyatakan tanggal 30 Maret sebagai Hari Tanpa Sampah Internasional.

Dalam pertemuan KTT G20 kedua bertajuk “Satu Keluarga,” Erdogan mengatakan dirinya berbicara tentang upaya Türkiye untuk memperkuat solidaritas global.

“Kami menyampaikan apa yang perlu dilakukan untuk pemulangan pengungsi dan orang-orang terlantar ke negara asal mereka secara sukarela, aman, dan bermartabat,” kata dia.

Ankara percaya bahwa dunia yang lebih adil itu mungkin, ujar Erdogan, sambil menambahkan, “Kami adalah negara yang memberikan bantuan paling banyak di dunia sesuai dengan pendapatan nasional.”

Turkiye paling banyak menampung pengungsi di dunia, dengan 4 juta pengungsi, mengambil langkah-langkah baru di perbatasannya untuk mencegah masuknya gelombang migran baru.