TURKI

Mevlut Cavusoglu: Turki ubah kebijakan luar negeri sejalan dengan kepentingan nasional

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada Rabu mengatakan negaranya mengubah kebijakan luar negerinya sejalan dengan kepentingan nasional, dan menekankan bahwa hubungan internasional selalu berubah.

Berbicara kepada para jurnalis diplomatik di Ankara, Cavusoglu mengatakan diplomasi Turki baru-baru ini mendapatkan pujian, terutama kesepakatan gandum yang penting membuka jalan bagi ekspor Ukraina melalui Laut Hitam yang mengakhiri kekhawatiran krisis pangan global.

Cavusoglu menyampaikan beberapa pencapaian diplomatik Turki seperti kesepakatan tentang syarat keanggotaan Finlandia dan Swedia di NATO, konsep strategis NATO serta pengembangan Organisasi Negara-negara Turki.

Mengomentari tentang situasi di Libya, menlu Turki mengatakan negaranya akan mengembangkan hubungan dengan pihak di bagian timur berdasarkan kepentingan nasionalnya.

“Baru-baru ini, Ketua Parlemen Libya Aquila Saleh berkunjung ke negara kami. Sebelumnya, duta besar kami berkunjung ke wilayah tersebut dan bertemu dengan semua aktor (lokal). Sekarang, delegasi parlemen (Turki) akan mengunjungi Libya dalam beberapa hari mendatang. Mereka akan mengunjungi Tripoli dan timur Libya. Mereka juga akan mengunjungi Parlemen Libya,” ujar dia.

Perang Rusia-Ukraina

Mengenai perang Rusia di Ukraina, Cavusoglu mengatakan langkah-langkah konkret diambil sesuai kebijakan luar negeri Turki yang aktif, dan Ankara akan mendukung langkah-langkah membangun kepercayaan tambahan menuju gencatan senjata.

“Perang di Ukraina sekali lagi menunjukkan bahwa jalan menuju perdamaian di kawasan itu melewati proses mediasi Turki. Ini juga berlaku untuk banyak daerah lain seperti Kaukasus, Balkan, Timur Tengah dan Afrika,” sebut dia.

Mengacu pada gejolak baru-baru ini di Balkan, Cavusoglu mengatakan: “Kami sedang melakukan diplomasi intensif menuju perdamaian untuk dua masalah yaitu Bosnia dan Herzegovina dan Serbia-Kosovo.”

Menekankan bahwa Turki adalah pemangku kepentingan yang efektif di Bosnia dan Herzegovina, Cavusoglu mengungkapkan bahwa Presiden Recep Tayyip Erdogan adalah salah satu pemimpin paling populer di wilayah tersebut.

Azerbaijan-Armenia

Cavusoglu juga mengomentari situasi di Kaukasus dan menyatakan bahwa Azerbaijan mendukung negosiasi perdamaian.

“Meski Azerbaijan sudah menguasai wilayah Lachin, Armenia tetap menanam ranjau dan menghancurkan daerah itu saat mereka menarik diri dari wilayah tersebut. Ini juga merupakan tanda bahwa mereka tidak memiliki niat baik,” kata dia.

Soal bentrokan perbatasan terbaru antara Azerbaijan dan Armenia, Cavusoglu mengatakan bentrokan tersebut mengungkapkan kerapuhan kawasan itu dan Armenia terus melakukan provokasi tiap waktu.

“Tentu saja tidak mungkin Azerbaijan tidak membalasnya,” urai dia.

“Jika kita menginginkan perdamaian dan stabilitas abadi di sini (di Kaukasus), Armenia harus menghentikan provokasi dan mengambil langkah tulus menuju kerja sama dan perdamaian, baik untuk kita maupun untuk Azerbaijan,” tegas Cavusoglu.

Tentara Armenia pada Senin melakukan serangan provokasi di kota-kota perbatasan Dashkesan, Kalbajar dan Lachin, menurut Kementerian Pertahanan Azerbaijan.

Tim penyabot dari tentara Armenia meletakkan ranjau di darat dan jalan di antara pos-pos di sepanjang perbatasan yang meningkatkan bentrokan yang mengakibatkan korban di kedua sisi.

Hubungan antara bekas republik Soviet di Armenia dan Azerbaijan tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, juga dikenal sebagai Karabakh Atas, sebuah wilayah yang diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan.

Pada tahun 2020, Azerbaijan membebaskan beberapa kota dan lebih dari 300 pemukiman dan desa yang diduduki oleh Armenia, dan pertempuran berakhir dengan kesepakatan yang ditengahi oleh Rusia.