Masyarakat Uighur di Istanbul gelar protes genosida China
Puluhan warga Uighur yang tinggal di Istanbul pada Kamis menggelar aksi protes terhadap penindasan China di Turkistan Timur atau Xinjiang dengan membawa spanduk dan meneriakkan slogan anti-China.
Para pengunjuk rasa berkumpul di luar Universitas Istanbul di Lapangan Beyazit dan mereka mengecam penganiayaan sistematis yang dilakukan oleh China.
Ketua Asosiasi Internasional Turkistan Timur, Hidayet Oguzhan mengatakan di hadapan massa bahwa kemerdekaan Turkistan Timur, yang memiliki peradaban 6.000 tahun, bukan hanya masalah masyarakat Turkistan Timur.
“Ini adalah masalah yang menjadi perhatian semua negara yang menaungi etnis Turki, terutama negara Turki di Turkistan Barat (Anatolia), dan masalah tersebut juga akan membawa perdamaian dan stabilitas ke dunia Islam-Turki dan kemanusiaan,” ujar Oguzhan.
Mengacu pada kamp-kamp penahanan di wilayah otonom Xinjiang, China, tempat asal komunitas Uighur, Oguzhan menyebut kamp-kamp itu seperti genosida Nazi versi modern pada abad ke-21.
“China sedang melakukan genosida budaya di Turkistan Timur,” tutur Oguzhan.
China pun telah berulang kali membantah tuduhan bahwa mereka mengoperasikan kamp-kamp penahanan dan sebaliknya mengklaim bahwa mereka sedang “mendidik ulang” orang Uighur.
Oguzhan menyerukan semua lembaga dan organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan Uni Eropa agar mengakhiri kebrutalan di Turkistan Timur secepat mungkin.
China dituding memasukkan orang Uighur ke kamp-kamp tersebut secara paksa, dan ada laporan terkait kekerasan terhadap wanita Uighur.
Kelompok hak asasi, termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch (HRW), menuduh Beijing mendiskriminasi 12 juta rakyat Uighur di China, yang sebagian besar adalah Muslim.
Laporan HRW tahun 2018 berfokus pada kampanye pemerintah China tentang penahanan sewenang-wenang massal, penyiksaan, indoktrinasi politik paksa, dan pengawasan massal terhadap Muslim Xinjiang.