Utang luar negeri Indonesia hingga kuartal I USD 389,3 miliar
Utang luar negeri Indonesia hingga kuartal I USD 389,3 miliar
Bank Indonesia mengumumkan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir kuartal pertama 2020 tumbuh 0,5 persen (year on year) menjadi USD389,3 miliar atau Rp5.761,6 triliun (kurs Rp14.800 per dolar AS).
Diuektur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan utang tersebut terdiri dari utang sektor publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar USD183,8 miliar dan utang sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar USD205,5 miliar.
“Pertumbuhan utang luar negeri tersebut melambat dari pertumbuhan pada kuartal keempat 2019 yang tumbuh 7,8 persen,” ujar Onny dalam keterangan resmi, Jumat.
Onny menjelaskan melambatnya pertumbuhan utang luar negeri karena disebabkan oleh penurunan utang luar negeri publik dan perlambatan pertumbuhan utang luar negeri swasta.
Dia menjabarkan bahwa ULN pemerintah mengalami penurunan dengan posisi ULN pemerintah pada akhir kuartal pertama 2020 tercatat sebesar USD181,0 miliar atau terkontraksi negatif 3,6 persen (yoy).
Sementara pada kuartal sebelumnya, ULN pemerintah tumbuh 9,1 persen (yoy).
“Penurunan posisi ULN pemerintah tersebut antara lain dipengaruhi oleh arus modal keluar dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan pembayaran SBN yang telah jatuh tempo,” lanjut Onny.
Dia menjelaskan bahwa pengelolaan ULN pemerintah dilakukan secara hati-hati dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas pada sektor produktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Sektor produktif tersebut mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,1 persen dari total ULN Pemerintah), sektor konstruksi (16,3 persen), sektor jasa pendidikan (16,0 persen), sektor jasa keuangan dan asuransi (13,3 persen), serta sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (11,5 persen).
Kemudian, Onny mengatakan tren perlambatan ULN swasta masih berlanjut. ULN swasta pada akhir triwulan I 2020 tumbuh 4,5 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,6 persen (yoy).
“Perkembangan ini disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan ULN lembaga keuangan dan melambatnya pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan,” jelas Onny.
Pada akhir kuartal pertama 2020, ULN lembaga keuangan terkontraksi negatif 2,3 persen (yoy), berbalik arah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,6 persen (yoy).
ULN perusahaan bukan lembaga keuangan juga tumbuh melambat dari 7,6 persen (yoy) pada kuartal keempat 2019 menjadi 6,7 persen (yoy) pada kuartal pertama 2020.
Beberapa sektor dengan pangsa ULN terbesar, yakni mencapai 77,7 persen dari total ULN swasta adalah sektor jasa keuangan & asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin (LGA), sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor industri pengolahan.
“Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya,” ujar Onny.
Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir kuartal pertama 2020 sebesar 34,5 persen, turun dibandingkan dengan rasio pada triwulan sebelumnya sebesar 36,2 persen.
Di samping itu, struktur ULN Indonesia tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang dengan pangsa 88,4 persen dari total ULN.