Presiden Turki: Pembunuhan ilmuwan Iran ancam perdamaian kawasan
Pembunuhan ahli nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh mengancam perdamaian kawasan, tetapi mereka yang ingin menghancurkan stabilitas di kawasan akan gagal, ungkap presiden Turki kepada presiden Iran via telepon pada Kamis.
Presiden Recep Tayyip Erdogan menyampaikan belasungkawa kepada rakyat dan keluarga Fakhrizadeh serta menyampaikan kesedihan yang mendalam atas tewasnya ilmuwan Iran itu, ungkap Direktorat Komunikasi Turki dalam sebuah pernyataan.
Fakhrizadeh dibunuh oleh sekelompok pria bersenjata tak dikenal di pinggiran ibu kota Teheran pada 30 November, dia menjadi ilmuwan nuklir Iran kelima yang dibunuh sejak 2010.
Selama percakapan via telepon dengan Presiden Iran Hassan Rouhani, Erdogan juga membahas masalah Karabakh dan menekankan pentingnya menghindari tindakan yang dapat menutupi integritas teritorial dan kedaulatan Azerbaijan.
Perdamaian dan stabilitas di Karabakh akan memberikan peluang baru, yang akan menguntungkan negara-negara di kawasan, termasuk Armenia, tambah Erdogan.
Kedua pemimpin juga membahas langkah-langkah untuk meningkatkan hubungan bilateral, serta masalah regional.
Hubungan antara bekas republik Soviet tegang sejak 1991 ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, juga dikenal sebagai Karabakh Atas, wilayah yang diakui sebagai wilayah Azerbaijan, dan tujuh wilayah yang berdekatan lainnya.
Ketika bentrokan baru meletus 27 September, tentara Armenia melancarkan serangan terhadap warga sipil dan pasukan Azerbaijan serta melanggar beberapa perjanjian gencatan senjata kemanusiaan.
Selama konflik, Azerbaijan membebaskan beberapa kota dan hampir 300 pemukiman dan desa dari pendudukan Armenia.
Kedua negara menandatangani perjanjian yang ditengahi Rusia pada 10 November untuk mengakhiri pertempuran dan bekerja menuju resolusi yang komprehensif.
Gencatan senjata dipandang sebagai kemenangan bagi Azerbaijan dan kekalahan bagi Armenia, yang pasukannya sudah ditarik dari Karabakh sesuai kesepakatan.