Presiden Erdogan peringati Hari Hak Asasi Manusia
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Kamis memperingati Hari Hak Asasi Manusia yang bertepatan dengan Sidang Umum PBB yang mengadopsi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR) pada 1948.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Direktorat Komunikasi Turki, Erdogan menekankan pentingnya deklarasi tersebut, yang menurut dia, mengingatkan komunitas internasional akan tanggung jawabnya.
Dengan menegaskan bahwa Turki membangun sistem administratifnya berdasarkan prinsip “biarkan rakyat hidup, sehingga negara dapat hidup”, Erdogan menggarisbawahi perlunya pendekatan yang berfokus pada rakyat daripada negara.
Dia mencatat bahwa, melalui reformasi, Turki menghilangkan banyak hambatan yang membatasi hak dan kebebasan warganya.
Pemimpin Turki itu menggarisbawahi bahwa dengan memperkuat demokrasi, mempercepat fungsi hukum dan memperluas cara untuk menuntut hak, pemerintahannya membawa negara itu ke standar yang jauh lebih tinggi dalam hak dan kebebasan sejak dia menjabat 18 tahun lalu.
Dia juga menekankan bahwa pemerintah Turki melanjutkan reformasinya sesuai dengan tuntutan dan harapan bangsa dan sesuai dengan kebutuhan baru yang muncul.
Menurut Erdogan, saat ini, rasisme budaya, xenofobia dan Islamofobia menjadi ancaman terbesar bagi UDHR.
“Dengan pandemi Covid-19, kami melihat di masyarakat Barat bahwa hambatan dalam melaksanakan hak-hak yang tidak dapat dicabut yang dijamin oleh deklarasi ini, terutama kebebasan berkeyakinan dan beribadah, semakin meningkat,” ungkap dia.
Presiden mengatakan bahwa dunia dihadapkan pada gambaran yang mengerikan di mana kebebasan fundamental miliaran Muslim, dari hak untuk hidup hingga hak atas peradilan yang adil, diinjak-injak.
“Nilai-nilai sakral dihina dengan kedok kebebasan berekspresi dan bahasa kebencian didorong di tingkat media dan presiden negara,” ujar dia.
Menekankan bahwa Turki menyuarakan ancaman ini di semua platform internasional, Erdogan mengatakan negara itu mengupayakan implementasi penuh deklarasi tersebut, terlepas dari ras, agama atau bahasa.
“Di dunia yang akan dibentuk kembali setelah pandemi Covid-19, semua kebijakan di poros hak asasi manusia perlu direstrukturisasi dan dikembangkan mekanisme yang efektif untuk menghilangkan ketidakadilan,” tambah dia.
Erdogan mengatakan bahwa Turki, terinspirasi oleh sejarah dan nilai-nilai peradaban, akan terus berjuang untuk perlindungan kebebasan fundamental dan menjadi secercah harapan bagi jutaan orang yang belum memperoleh hak-haknya yang dijamin oleh UDHR sejak 72 tahun lalu.
Presiden Turki menyimpulkan dengan mengungkapkan harapan bahwa hari-hari mendatang akan membawa kesehatan, kedamaian, kemakmuran dan ketenangan bagi seluruh dunia.