‘Hagia Sophia terbuka untuk pengunjung dari semua agama’
Kementerian Luar Negeri Turki pada Selasa mengatakan Masjid Hagia Sophia akan terbuka untuk pengunjung dari semua agama dan siapa pun yang ingin mengunjungi gedung yang menakjubkan ini.
Setelah pertemuan Dewan Urusan Luar Negeri UE pada Senin di Brussels, juru bicara Kementerian Luar Negeri Hami Aksoy mengatakan bahwa tidak ada yang dapat mengganggu hak-hak kedaulatan Turki atas keputusan penggantian status Hagia Sophia dari museum menjadi masjid.
Aksoy menekankan bahwa status Hagia Sophia adalah masalah internal dan merupakan properti Turki.
“Hagia Sophia akan terus merangkul semua orang dengan status barunya, melestarikan warisan budaya bersama umat manusia,” ujar dia.
Aksoy juga menekankan bahwa semua pihak menyadari sikap Turki terhadap masalah Mediterania Timur dan langkah pertama menuju penyelesaian masalah adalah membangun mekanisme kerja sama untuk pembagian sumber daya hidrokarbon yang adil antara dua pihak di Pulau Siprus.
Dia menambahkan bahwa harus ada pembukaan kembali saluran dialog dengan Turki dan bahwa ketegangan di Mediterania Timur hanya bisa berakhir melalui penerapan pendekatan semacam itu oleh semua pihak.
Menurut Aksoy, Turki selalu menekankan bahwa tidak akan ada solusi militer untuk krisis di Libya dan Turki telah secara konsisten mendukung dan berkontribusi pada semua upaya internasional untuk menghidupkan kembali proses politik yang dipimpin dan dianut oleh rakyat Libya.
Dia mengatakan jika UE ingin berkontribusi pada penyelesaian damai krisis Libya, blok Eropa itu harus mendukung legitimasi internasional sejalan dengan keputusan Dewan Keamanan PBB yang relevan.
Namun, Aksoy menyatakan bahwa Turki menyambut baik dialog kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell dan keterlibatan pada hubungan bilateral antara Turki dan Uni Eropa.
Para menteri luar negeri Uni Eropa berkumpul di Brussels pada Senin untuk membahas masalah Turki dan internasional dalam pertemuan fisik untuk pertama kalinya sejak awal pandemi Covid-19.
Sebelumnya, Borell mengatakan kepa wartawan bahwa hubungan UE dengan Turki adalah isu paling penting dalam agenda pertemuan.
Sumber-sumber UE pekan lalu mengkonfirmasikan bahwa para menteri akan membahas prospek masa depan dari perjanjian UE-Turki 2016 tentang migrasi, ketidaksepakatan atas wilayah Turki, hak eksplorasi energi di Mediterania Timur dan dugaan klaim Prancis tentang pelecehan Turki terhadap salah satu kapal dalam misi NATO.