DUNIA

Aceh minta penguatan hubungan Indonesia-Turki

Gubernur Aceh Nova Iriansyah menyampaikan hubungan erat antara Aceh dan Turki di masa lampau dapat menjadi modal di masa kini mendorong kerja sama lebih kuat dan saling menguntungkan antara Republik Indonesia dan Turki.

“Potensi yang kita miliki terutama potensi yang ada di Provinsi Aceh dapat menjadi peluang dalam rangka penguatan hubungan perdagangan, investasi, pendidikan, pariwisata serta sosial budaya dengan Pemerintah Turki,” kata Nova, saat mengisi webinar memperingati 70 Tahun hubungan diplomatik pada Kamis malam.

Dalam kesempatan tersebut, Nova juga menceritakan bagaimana hubungan erat antara Kerajaan Aceh Darussalam dengan Kesultanan Turki Usmani sejak era Sultan Ali Mughayat Syah.

“Kalau kita mengkaji secara historis, jauh sebelum pembentukan hubungan diplomatik antara Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Turki pada tahun 1950, kedua bangsa ini telah menjalin hubungan politik dan perdagangan,” ujar Nova.

Nova menjelaskan dalam rangka meningkatkan perekonomian dan mengusir penjajah Portugis di Selat Malaka, maka Kesultanan Aceh Darussalam meminta bantuan kepada Kesultanan Turki Utsmani di era Sultan Suleiman I pada tahun 1547.

Pada masa tersebut, kata Nova, utusan dari Aceh mendatangi Istanbul untuk meminta bantuan militer berupa armada laut serta meriam untuk menghadapi Portugis.

“Permohonan ini dikabulkan oleh Sultan Suleiman I yang merasa bertanggungjawab melindungi kapal-kapal Muslim dari serangan Portugis,” urai Nova.

Perjalanan heroik pertama dari utusan Kerajaan Aceh Darussalam itu, kata Nova, dicatat dalam Kisah Meriam Lada Secupak.

Cerita tersebut merupakan sebagian dari penggalan sejarah yang disampaikan Nova.

Dia berharap sejarah tersebut dapat menjadi pendorong dalam memperkuat hubungan kerja sama antara Turki dengan Indonesia, khususnya Aceh.

Sementara itu, Dirjen Amerika Eropa Kementerian Luar Negeri RI Ngurah Swajaya mengatakan perlunya merevitalisasi hubungan Indonesia-Turki untuk meningkatkan dan memperkuat hubungan kedua negara.

Ngurah menilai penting sekali melibatkan Aceh dalam membahas revitalisasi hubungan Indonesia-Turki.

Menurut dia, Aceh memiliki beberapa aspek pertumbangan yang dapat memperkuat hubungan tersebut.

“Pertama, Aceh memiliki hubungan sejarah yang baik dengan Turki, ini sangatlah berharga,” kata Ngurah.

Selain aspek sejarah, menurut Ngurah, Aceh juga dapat mewakili unsur daerah lainnya di Indonesia.

Sebab Aceh memiliki berbagai potensi yang belum dioptimalkan, seperti potensi perekonomian.

“Saya yakin Indonesia-Turki dapat menjadi pasangan ideal untuk kerja sama pembangunan berkelanjutan dan saling menguntungkan,” kata Ngurah.

Tinggalkan Balasan